Perbedaan Budaya
Indonesia dengan Budaya Jepang
Bangsa Jepang
relatif homogen, dan hanya memiliki sekitar 15 bahasa (tidak berarti 15 suku
bangsa, karena termasuk didalamnya sign language untuk tuna rungu), dan telah
memiliki sejarah yang jauh lebih panjang, sehingga nilai-nilai budaya itu lebih
mengkristal. Adapun bangsa Indonesia berciri heterogen, multi etnik, memiliki
lebih dari 700 bahasa, sehingga tidak mudah untuk mencari serpih-serpih budaya
yang mewakili Indonesia secara nasional. Perlu dipisahkan nilai-nilai mana
yang diterima secara nasional di Indonesia, dan mana yang merupakan karakter
unik salah satu suku yang ada. Sehingga pebedaan budayanya pun sangat sulit
untuk dibandingkan. Akan tetapi, dari budaya Indonesia yang ada akan saya masukan
yang umum terjadi dimasyarakat yang sebenarnya.
1. Tradisi Penamaan
Jika di Jepang
nama seseorang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini
harus dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari
setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar,
memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman
restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak
memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji, nama keluarga menjadi keharusan
di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100.000 nama keluarga di Jepang, dan
diantaranya yang paling populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita
menikah, maka dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya. Namun
demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya.
Dari survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden
menginginkan agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama keluarga. Hal ini terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser dari
konsep “ie”(家) dalam tradisi keluarga Jepang. Semakin
banyak generasi muda yang tinggal di kota besar, sehingga umumnya menjadi
keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang wanita
setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami. Tradisi di Jepang
dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji, dan jumlah
stroke, diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.
Jika di Indonesia,
nama keluarga tidak terlalu dipermasalahkan. Adapun masyarakat di Indonesia
tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga. Masyarakat Jawa misalnya,
tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
memiliki nama keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku
mana dia berasal, agama apa yang dianut dsb. Berikut karakteristik nama tiap
suku di Indonesia:
- Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-laki) atau Sri (untuk perempuan), dan memakai vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko, Anto, Sri Miranti, Sri Ningsih.
- Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku kata. Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
- Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.
- Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain Pinontoan, Ratulangi.
- Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan merupakan nama keluarga.
Selain nama yang
berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh agama.
Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dsb. Sedangkan umat Katolik
biasanya memakai nama baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb.
Perbedaan lebih
jelasnya sebagai berikut:
- Di Jepang, nama keluarga dimasukkan dalam catatan sipil secara resmi, tetapi di Indonesia nama keluarga ini tidak dicatatkan secara resmi di kantor pemerintahan. Nama family/marga tidak diperkenankan untuk dicantumkan di akta kelahiran
- Di Jepang setelah menikah seorang wanita akan berganti nama secara resmi mengikuti nama keluarga suaminya. Sedangkan di Indonesia saat menikah, seorang wanita tidak berganti nama keluarga. Tapi ada juga yang nama keluarga suami dimasukkan di tengah, antara first name dan nama keluarga wanita, sebagaimana di suku Minahasa. Di Indonesia umumnya setelah menikah nama suami dilekatkan di belakang nama istri. Misalnya saja Prio Jatmiko menikah dengan Sri Suwarni, maka istri menjadi Sri Suwarni Jatmiko. Tetapi penambahan ini tidak melewati proses legalisasi/pencatatan resmi di kantor pemerintahan.
- Huruf Kanji yang bisa dipakai untuk menyusun nama anak di Jepang dibatasi oleh pemerintah (sekitar 2232 huruf, yang disebut jinmeiyo kanji), sedangkan di Indonesia tidak ada pembatasan resmi untuk memilih kata yang dipakai sebagai nama anak
2. Ketika berangkat
kerja atu sekolah
Jika di Jepang,
pada umumnya mereka selalu jalan cepat dan terburu-buru karena takut telat
masuk kantor ataupun sekolah, karena mereka menerapkan system tepat waktu.
Sedangkan di Indonesia keterbalikan pada keadaan di Jepang, yaitu selalu santai
karena sudah terbiasa dan menganggap bahwa guru ataupun bos juga telat.
3. Saat bepergian
Di Jepang, pada
umunya lebih menyukai kendaraan umum seperti kereta ataupun bus. Karena mereka
menerapkan system “Go Green”, untuk mengurangi polusi serta mengurangi dampak
GlobalWarming..
Sedangkan di
Indonesia, naik kendaraan umum adalah hal yang tidak biasa atau bisa dikatakan
gengsi untuk menggunakan bus, sedangkan stasiun kereta jauh masa harus naik
angkot juga? rata-rata akan memilih menggunakan sepeda motor ataupun mobil
pribadi.
4. Jarang mobil
kendaraan pribadi di jalanan
Seperti yang kita ketahui bahwa
negara jepang merupakan salah salah satu negara produsen kendaraan terbesar
didunia. Anehnya di negara jepang justru sedikit sekali kendaraan yang dapat
dilihat di jalanan, apalagi jika kamu pergi ke jepang dan mencari jalanan yang
macet pasti akan sulit sekali karena memang tidak ada yang macet.
Jika di
Indonesia, dikit-dikit menggunakan kendaraan pribadi, sekolah pakai motor, kerja
pakai mobil sampai berliburan sekalipun masih menggunakan kendaraan pribadi. Dan
jika kita menggunakan kendaraan milik sendiri, seakan-akan dunia akan
memujinya.
5. Ketika sekolah
Di Jepang, bangku
yang kosong selalu yang berada dibelakang, mereka sangat disiplin sehingga bisa
diatur sedemikian rupa.
Jika di
Indonesia, datang pagi-pagi bukan untuk mencari bangku depan namun mencari
bangku yang paling belakang (sasaran strategis bangku pojok paling belakang)
enak banget bisa sambil mainan HP jika duduk dibelakang.
6.Ketika malam
hari
Jika di Jepang,
setiap malam mereka terbiasa membaca buku atau kalau tidak mereka melakukan
pekerjaan yang bermanfaat.
Di Indonesia jika sudah malam, bisa dipastikan setiap rumah sedang menonton tv dengan keluarga.
Di Indonesia jika sudah malam, bisa dipastikan setiap rumah sedang menonton tv dengan keluarga.
7.Tradisi Membuang
Sampah
Di Jepang,
sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah khusus
organik, sampah non organik dibuang di tempat sampah non organik.
Sementara di
Indonesia, sampah akan dapat ditemukan disetiap tempat. Karena tidak menerapkan
system “terserah saya”, jadi apapun yang dilakukan setiap orang jika berbeda
dengan prinsip kita, maka akan dibiarkan saja. Sehingga mau organik, non
organik, bangkai binatang, semuanya dijadikan satu dalam kantong plastik berukuran besar.
8.Tradisi membuat
janji
Orang Jepang,
selau menepati janji jika membuat janji dengan seseorang. Jika sekali saja ada
yang melanggar, maka dia tidak akan dipercaya lagi oleh orang lain.
Sangat berbeda
sekali dengan Indonesia. Jika di Indonesia, jika kita melakukan perjanjian bisa
akan dipastikan hanya satu atau dua orang saja yang akan menepati janji
tersebut.
9.Tradisi Ketika
Terlambat Masuk
Jika seorang
murid di Jepang, ketika terlambat masuk sekolah akan memohon maaf sambil
membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu dan menyesal gak
akan mengulangi lagi.
Jika di Indonesia,
jika siswa terlambat akan masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama
sekali. Dalam bahasa kasarnya adalah tidak tahu malu.
seharusnya anda sebagai orang indonesia juga memasukkan unsur-unsur positif indonesia. jangan yang negatif saja. misalnya, orang indonesia itu lebih ramah dan tidak terlalu individualis seperti orang jepang pada umumnya. terimakasih
BalasHapusterima kasih atas sarannya, akan tetapi saya disini hanya menuliskan mengenai perbedaan budaya saja. saya tidak menyangkut pautkan masalah individualisasi. yang saya tuliskan itu masih ada sangkut-pautnya dengan kehidupan saya, jadi semata-mata itu berdasarkan kejadian nyata. terima kasih
Hapuskenapa memojok mojokan indonesia saja? anda tidak bangga kepada negara kita? ingat sejarah Jepang menjajah Indonesia dengan sangat kejam, seharusnya andda juga memberikan unsur-unsur positif tentang kelebihan Indonesia. Terima kasih
BalasHapussaya tidak memojokan indonesia, tapi memang pada kenyataannya seperti apa yang saya contohkan diatas. saya juga memakai contoh umum saja, yang artinya terjadi dalam keseharian. terima kasih
Hapushalo :) tahu tidak perbedaannya keluarga di jepang dan indonesia?
BalasHapusada contoh lebih spesifik lagi ga? sperti perbedaan perayaan budaya2 di Indonesia/jepang berdasarkan ciri khasnya?
BalasHapuskalau gw mau jujur indonesia emng banyak negatifnya. positifnya kurang. masyarakatnya kyk gk di sekolahin
BalasHapus